Sebagai salah satu lembaga di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki peran penting dalam menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia, Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa merayakan hari lahirnya setiap tanggal 3 Januari. Dalam perjalanan panjang sejak pendiriannya pada tahun 1986, PSNU Pagar Nusa telah menjadi simbol kebanggaan bagi pencinta seni bela diri dan penganut nilai-nilai Islam di tanah air.
Mengembalikan Kejayaan Seni Bela Diri Pencak Silat di Pesantren
Berdiri pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Pagar Nusa lahir sebagai respons terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Pada awalnya, pencak silat adalah bagian integral dari kehidupan dan kegiatan pesantren, dengan pondok pesantren berfungsi sebagai padepokan pencak silat. Namun, seiring berjalannya waktu, peran pondok pesantren dalam seni bela diri ini mulai meredup.
Membangun Komunitas Pencak Silat yang Berkualitas
Dalam usahanya untuk mengatasi tantangan tersebut, tokoh-tokoh pencak silat dan ulama NU berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, pada 27 September 1985. Mereka membentuk suatu wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat. Puncaknya adalah pembentukan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama atau IPS-NU yang kemudian dikenal dengan Pagar Nusa.
Pentingnya Tradisi dan Kebudayaan dalam Pencak Silat
Sejalan dengan misinya untuk melestarikan tradisi, Pagar Nusa tidak hanya mengajarkan teknik-teknik bela diri, tetapi juga memasukkan unsur-unsur Islam dan kebudayaan lokal ke dalam setiap gerakan. Inilah yang membuat Pagar Nusa menjadi lebih dari sekadar perguruan bela diri, melainkan sebuah komunitas yang membaurkan nilai-nilai ke-Islaman dan kebangsaan dalam latihan dan aktivitas sehari-hari.
Peran Pencak Silat dalam Melestarikan Budaya Indonesia
PSNU Pagar Nusa juga menjadi salah satu garda terdepan dalam melestarikan budaya Indonesia. Dengan mengadopsi lambang “Pagar Nusa,” yang berasal dari K.H. Mujib Ridlwan, Pagar Nusa menunjukkan komitmennya untuk menjadi pagar bagi NU dan bangsa. Lambang tersebut mencerminkan semangat kebangsaan, ke-Islaman, dan kecintaan pada seni bela diri pencak silat.
Masa Depan Gemilang di Era Digital
Seiring dengan perkembangan teknologi, Pagar Nusa tidak hanya berjuang untuk melestarikan seni bela diri secara tradisional, tetapi juga berinovasi dalam merespons era digital. Dengan adanya seragam khusus, pembentukan pasukan inti (Pasti), dan pengembangan teknik dan jurus yang terdokumentasi, Pagar Nusa siap menghadapi tantangan masa depan.
Merayakan Prestasi dan Kebersamaan
Perayaan Hari Lahir Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa bukan hanya sekadar acara formal, melainkan juga momentum untuk merayakan prestasi dan kebersamaan. Dari Muktamar pertama di Pondok Pesantren Zainul Hasan hingga Munas II di Jakarta, setiap langkah Pagar Nusa adalah bukti komitmen untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia.
Penutup: Seni Bela Diri, Kebanggaan Bangsa
Hari Lahir Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa bukan hanya merayakan sejarah panjang organisasi ini, tetapi juga merayakan kekayaan budaya dan kebersamaan yang telah dibangun. Dengan seni bela diri sebagai fondasi, Pagar Nusa terus melangkah ke depan, siap menghadapi masa depan dengan semangat dan dedikasi tinggi. Selamat merayakan Hari Lahir PSNU Pagar Nusa, semoga keberadaannya terus menginspirasi dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia.